Kamis, 25 Agustus 2016

Mau tapi tidak mau

Tulisan ini hanya saya sadur dari akun Instagram @komunitaspengusahamuda yang juga me-repost dari akun @maulaozier

Salah satu tulisan dari sahabat saya Muhammad Maula Nurudin Al-haq

:::>>> Banyak maunya, tapi gak mau <<<:::

A: "Mau dong kayak si anu, sebulan bisa milyaran"
---Giliran dikasih tau si anu budget iklannya minimum 12 jt perhari langsung mikir dan akhirnya gak mau karena ngerasa gede banget spentnya belom ada duit dan nyali, lho tadi katanya mau?

B: "Mau dong kerja jadi graphic designer di ahensi iklan multinasional kayak lo"
---Pas tau karya-karya/portofolio anak magang yang berebut untuk magang di ahensi itu langsung jiper, anak magangnya aja kayak gitu portonya apalagi yang udah kerja tetap di sana. Ngelirik portofolio sendiri udah minder, tracing belom bener, layout acakadut, akhirnya gak jadi mau, lha tadi katanya mau?

C: "Mau dong jadi youtuber penghasilan ratusan juta dari adsense"
---Giliran dikasih tau caranya yaitu bikin konten yang kontisten selama 1-2 tahun dan ilmu seo dasar, eh baru buat 3 video udah gak buat-buat lagi... lha tadi katanya mau?

Autokritik untuk diri kita sendiri, kadang kita banyak maunya karena gak tau realita mencapai kesananya, ngeliatnya cuma kesimpulan kalo dia 'Keren!', 'Kaya!', 'Alim!', dll... giliran tau realita prosesnya jadi tau bahwa maunya itu gak sepadan sama wadah diri.

Mau, tapi gak mau. Pathetic.

For me it's a self reminder..

Musuh Terbesar Saya

Anda tahu musuh terbesar saya? Pasti belum tahu ya, ya iya saya belum kasi tau. Mungkin anda tergelitik untuk tebak-tebakan dengan saya? Hayoo tebak! Pemerintah? Saya bukan anti pemerintah, lagipula memusuhi negara sama juga bohong, organisasi yang terlalu besar untuk dimusuhi :p

Sistem?! Bukan juga, tebakannnya jangan terlalu mainstream dong. Yang nyleneh dikit. Coba lagi. Eh, tapi ini bukan tentang tebak-tebakan ding.

Baiklah saya beritahu sekarang. Musuh terbesar saya adalah kemalasan, kekurang percaya diri, ketidakmauan untuk berubah, kesombongan, dan sederet sifat-sifat "njilei" lainnya.

Bersyukurlah saya masih memiliki awareness (kesadaran) yang cukup tinggi untuk menganalisa hal ini dan setidaknya saya memiliki keberanian untuk merubah itu semua. Perlahan tapi pasti saya tahu saya bisa memerangi semua musuh terbesar saya.

Semuanya bisa menyebabkan kebiasaan buruk yang tidak terkontrol, sekali lagi saya sangat bersyukur bisa memahami hal ini saat ini dan segera memutar balikkan badan menuju kawan-kawan terbesar saya yang baru saja saya temui bernama rajin, percaya diri, percaya pada perubahan, dan kerendah hatian menuju habit-habit baru saya yang luar biasa.

Just my 2 cents.